Kuliah Umum Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang (Membaca Peluang, Menjawab Tantangan)
Kuliah Umum
Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang telah mengadakan kegiatan kuliah umum dengan tema “Tantangan dan Peluang Guru Sejarah Menghadapi Era Society 5.0”. Dilaksanakan pada Kamis, 6 Oktober 2022 yang bertempat di Aula KH. Faqih Usman, Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Palembang. Pemateri yang dihadirkan pada kegiatan ini adalah Dr. Sumardiansyah Perdana Kusuma (Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia), dengan dimoderatori oleh Yuliarni, S.Pd., M.Hum., merupakan dosen di prodi Pendidikan sejarah FKIP UM Palembang. Kuliah umum ini diikuti oleh lebih dari 70 orang peserta, yang berasal dari berbagai kalangan baik dari civitas akademika Universitas Muhammadiyah Palembang maupun dari universitas lainnya di Kota Palembang seperti Universitas PGRI Palembang.
Ketua program studi Pendidikan sejarah yaitu Dr. Apriana, M.Hum., mengatakan bahwa, kegiatan kuliah umum ini dipersiapkan dengan waktu yang sangat singkat. Meski demikian, dukungan dari pimpinan fakultas yang sangat besar membuat kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Kegiatan kuliah umum ini dibuka langsung oleh Dr. H. Rusdy AS., M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dalam sambutannya, Dr. Rusdy menegaskan pentingnya kegiatan seperti ini untuk dilaksanakan secara rutin terutama terkait aspek-aspek seputar peluang, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi guru sejarah di Indonesia, khususnya di era Society 5.0 saat ini.
Pada kegiatan kuliah umum ini, Dr. Sumardiansyah Perdana Kusuma selaku pemateri menyampaikan presentasinya dengan sangat menarik, sehingga memantik antusiasme dan semangat para peserta untuk turut berpendapat, mengomentari, bertanya, dan mendiskusikan isu-isu seputar tema yang dipresentasikan. Menurutnya, perkembangan teknologi adalah zaman yang menuntut manusia untuk bertindak lebih modern. Namun sebetulnya, proses berfikir manusia itu dibentuk dari tiga hal yaitu membaca, menulis dan retorika. Artinya, sampai kapanpun manusia tidak akan pernah digantikan oleh teknologi.
Salah satu hal menarik yang disampaikan Sumardiansyah terkait dengan memaknai sejarah adalah, bahwa sejarah harusnya dilihat sebagai sebuah ideologi dan bukan sebagai sebuah ilmu saja. Lebih lanjut, sejarah juga harus dipahami secara inklusif, sehingga semua orang dapat memandang bahwa berbicara sejarah merupakan hal yang penting. Setiap orang akan menilai bahwa sejarah merupakan salah satu kajian wajib. Sebab melalui pemaknaan sejarah dapat menanaman rasa nasionalisme, kecintaan terhadap tanah air, dan pembentukan karakter mulia jati diri bangsa Indonesia.
Di sisi lain, Sumardiansyah juga menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh para Pendidik sejarah datang dari adanya kepentingan politik kelompok tertentu, tentunya dengan dalih modernisasi sistem pendidikan di Indonesia. Kepentingan politik kelompok tertentu tersebut secara tidak langsung berusaha untuk mengesampingkan sejarah sebagai mata pelajaran yang wajib ada dalam setiap pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia.
Pembicara dalam penutupnya berpesan agar guru-guru di Indonesia, khususnya guru-guru sejarah untuk senantiasa bersuara lantang dan solid untuk menyuarakan hak-haknya tidak hanya untuk kesejahteraan pribadi para guru, tetapi, lebih jauh dari itu adalah untuk kepentingan luhur demi meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945.